RSS

MENJADI INSAN PENYABAR



“Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan orang-orang yang saling menasihati supaya menaati kebenaran dan saling menasihati untuk menetapi kesabaran.” (al-Ashr : 1 – 3)
Allah swt. yang menguasai tubuh ini mengaruniakan kesehatan lahir batin agar manusia mensyukurinya. Ada kalanya kesehatan yang telah Allah karuniakan tidak disyukuri oleh manusia. Padahal, kesehatan yang tidak disyukuri merupakan kesehatan yang dapat membawa maksiat. Jika Allah memberikan ujian sakit, hadapilah dengan kesabaran. Sebab, ada kalanya orang sakit akan menjadi hina karena ketidaksabaran dan ketidaksyukurannya.
Kata-kata sabar ini adalah kunci dari kedekatan kita kepada Allah. “Dan jadikan sabar dan shalat sebagai penolongmu”. Dalam ayat tersebut, kata sabar ini mempunyai arti penting seperti halnya shalat yang diperintahkan oleh Allah. Malah dalam ayat lain Allah berfirman, “Sesungguhnya Allah beserta orang yang sabar”. Pahala sabar itu tidak ada batasnya. Perlu kita ketahui bahwa kesuksesan, kemenangan, dan pertolongan hanyalah dari Allah. Keakraban dengan Allah hanyalah milik orang yang sabar. Sudah sepatutnya kita mengevaluasi kualitas kesabaran dengan sangat serius agar kesabaran kita makin mantap.
Definisi sabar secara sederhana dapat diartikan sebagai upaya manusia secara sungguh-sungguh untuk dapat terus berada di jalan Allah. Salah satu jenis kesabaran adalah sabar menghadapi rasa sakit.
Allah menimpakan berbagai bentuk ujian pada manusia dalam menjalani kehidupan di dunia ini. Salah satunya adalah sakit. Dengan sabar, kita telah berprasangka baik pada Allah bahwa tubuh yang sedang sakit ini bukanlah milik kita, melainkan milik Allah. Dan, Allah kuasa untuk berbuat apa saja terhadap milik-Nya tanpa bisa dicegah.
Para dokter ahli di bidang kesehatan akan mengalami sakit jika Allah menghendakinya. Tidak peduli mereka gagah, ketahanan tubuh mereka kuat karena sering mengkonsumsi vitamin dan makanan bergizi. Jika Allah berkehendak, maka sakitlah mereka. Oleh karena itu, jika kita mengalami sakit, maka ber-husnuzhan-lah (berbaik sangka) pada Allah.
Kita harus sabar untuk tetap berprasangka baik bahwa Allah tidak akan membebani seseorang kecuali sesuai dengan kesanggupannya. Sakit yang menimpa tubuh kita sudah pasti diukur oleh Allah dan ukurannya itu tidak akan pernah melampaui kemampuan hamba-Nya. Tidak mungkin Allah memberi kepada kita suatu penyakit yang tidak sanggup kita pikul, karena yang menciptakan saraf sakit adalah Allah.
Jika dalam keadaan sakit, jangan pernah kita mengeluh apalagi kalau mendramatisasi keadaan untuk mendapatkan simpati orang lain. Tidak termasuk sabar orang yang menceritakan rasa sakitnya pada orang lain, apalagi melebih-lebihkannya. Sakitnya adalah panu di kaki, tapi ia mengaduh kesakitan setengah mati dan tak akan berhenti sampai orang lain merasa kasihan padanya. Dengan begitu, ia akan merasa puas karena orang lain ikut merasakan penderitaannya. Demikianlah gambaran orang sakit  yang tidak mempunyai kesabaran.
Cobalah berlatih sabar untuk tidak mendramatisasi keadaan. Boleh saja kita menringis kesakitan, tapi harus proporsional. Jika bisa, tahan sekuat mungkin dan tentu saja diiringi doa agar terhindar dari kufur nikmat. Sudah menjadi sifat manusia, kalau ia mendapatkan kesenangan, biasanya akan jauh dari Allah. Sedikit saja Allah memberikan peringatan melalui sakit, ia baru akan ingat Allah. Padahal, kesenangan dan rasa sakit adalah ujian dari Allah. Keduanya patut disyukuri.
Jadi, syukurilah apa pun yang Allah timpakan pada kita. Jadikan kondisi yang seperti itu ladang amal bagi kita. Dengan berkeluh-kesah, rasa sakit tidak akan hilang. Tapi, jika manusia berusaha untuk mengobati penyakitnya melalui jalan pemeriksaan dokter dan terus berdoa kepada Allah, niscaya sakitnya akan membuatnya menjadi orang sabar di sisi Allah. Dengan kuasa Allah, dzikir bisa dijadikan obat untuk mengubah sakit menjadi suatu kenikmatan.
Rasa sakit yang kita alami jangan dijadikan kesempatan untuk bermanja-manja untuk mendapatkan perhatian lebih dan membebani orang lain. Membebani orang lain bukan merupakan sebuah kebaikan. Sekiranya masih bisa memberikan manfaat bagi orang lain, jangan pernah mengorbankan harga diri dengan membebani orang lain. Lain halnya jika orang lain ingin membantu kita secara sukarela, tidak ada salahnya kita menerima kebaikannya.
Selain sabar menyikapi sakit, kita juga harus sabar dalam menafakuri hikmah. Pikirkanlah, apa hikmah di balik takdir Allah yang kita alami ini. Sesakit apa pun lidah kita karena sariawan, terimalah rasa sakit itu. Siapa tahu itu adalah bentuk peringatan karena kita jarang berdzikir kepada Allah. Sedalam apa pun luka kaki kita akibat paku yang terinjak, anggap saja itu sebagai sentilan Allah karena kaki ini jarang digunakan untuk melangkah ke masjid. Memang yang sedikit apes adalah orang yang sakit gigi, rasa nyerinya sangat terasa, tapi orang jarang mau menengok.
Coba kita renungkan kondisi dunia sekarang. Banyak orang yang menderita akibat kezaliman sebagian orang yang tega berbuat semena-mena terhadap sesama. Akan timbul kesedihan saat melihat para Taliban yang dibius, kepalanya dibungkus, dan mereka ditahan dalam kerangkeng berukuran 2 X 2,5 m. Mereka diestrum dan disiksa habis-habisan jika tidak memberikan keterangan yang diinginkan para eksekutor. Tapi mereka tetap sabar dan tetap memegang keimanannya walaupun penderitaannya melebihi sakit apa pun di dunia ini. Jika kita menafakuri penderitaan mereka dan mengambil hikmah di balik itu, kita juga termasuk orang yang sabar.
Banyak orang lain yang lebih menderita dari kita. Jadi, janganlah kita berkeluh kesah atas takdir yang telah kita terima. Jika jempol kita terkilir, masih ada orang lain yang lebih menderita disebabkan oleh ledakan bom hingga terpisah tangan dari badannya. Jika kita merasa tua, lihatlah orang yang lebih tua dari kita yang membutuhkan bantuan orang lain untuk bisa berjalan dan disuapi saat makan. Jika kita merasa tubuh ini pendek, lihatlah orang yang memiliki tubuh lebih pendek dari kita. Jadikanlah penderitaan orang lain itu sebagai ladang sabar bagi kita bahwa segala yang telah Allah takdirkan bukan untuk disesali dan tidak layak bagi kita berkeluh-kesah. Tapi bukan berarti, kita merasa puas dengan penderitaan orang lain dan menjadikannya olok-olok. Menafakuri hikmah dari penderitaan orang lain adalah merenungkan penderitaan dengan mencurahkan rasa simpati kita dan memotivasi diri untuk bersabar atas segala penderitaan.
Setelah menafakuri hikmah, kita juga harus bersabar dalam menyempurnakan ikhtiar. Setelah berusaha mencari obat untuk mengurangi rasa sakit, kita harus menyempurnakan dengan cara meminumnya. Tidak peduli pahitnya sepahit brotowali atau buah mengkudu. Banyak orang yang tidak sabar memeriksakan sakitnya ke dokter karena harus mengeluarkan biaya banyak. Padahal, yang memberikan rezeki itu adalah Allah. Berapa pun yang harus keluar dari kantong kita untuk mengobati sakit, jika kita ridha, maka akan menjadi pahala bagi kita. Selain kita mendapat pahala, dosa-dosa yang lainnya juga akan gugur disebabkan oleh kesabaran kita dalam menyikapi rasa sakit dan menyempurnakannya dengan ikhtiar.
Gugurnya dosa kita bagaikan gugurnya daun-daun. Tidak ada yang salah dari suatu penyakit, yang bermasalah itu adalah salah menyikapi penyakit. Kalau seseorang itu ridha pada ketentuan Allah, maka Allah pun akan ridha kepadanya. Sakit itu dapat menggugurkan dosa kita, bagai gugurnya daun-daun, jika kita sabar menerimanya.
Sabar yang terakhir adalah sabar untuk berazam. Jika kita sembuh dari sakit, kita harus mempunyai keinginan kuat untuk memanfaatkan kesembuhan dengan sebaik-baiknya. Jangan sampai rasa sakit kita jadikan sebagai sarana untuk menyepelekan ibadah. Sebetulnya kita mampu untuk shalat, karena alasan sakit yang dibuat-buat, kita tidak melakukannya. Walaupun dalam keadaan sakit, kita harus mempunyai niat dan keinginan kuat untuk dapat istiqamah menjalankan perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya. Dan untuk senantiasa berdoa memohon kebaikan kepada Allah.
Dikatakan dalam sebuah sumber bahwa doa orang sakit itu seperti doa para malaikat. Doakanlah kebaikan bagi diri kita dan orang lain, terutama orang-orang yang telah menyakiti kita agar Allah mengubahnya menjadi orang baik. Berlatihlah menjadi orang sabar dari sekarang. Karena jika malaikat maut sudah menjemput kita, maka tidak ada kesempatan lagi bagi kita untuk beramal baik dan bertobat. Jadi, marilah kita mulai berlatih sabar dari sekarang!
Wallahu a’lam.

(K.H. Abdullah Gymnastiar || Meraih Bening Hati dengan Manajemen Qolbu : 38 – 42)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar