RSS

REDESAIN YOUR DREAM

"Masa depan hanyalah milik orang-orang yang percaya akan keindahan mimpi-mimpi mereka."
- Eleanor Roosevelt -


Malam itu, di sebuah rumah yang sangat sederhana di sebuah kampung di pelosok Jawa Timur, seorang ibu paruh baya mengatakan kepada kedua anaknya. "Emak ini kan cuma lulusan Madrasah Tsanawiyah. Meski begitu, kalau bisa pendidikan kalian kudu lebih tinggi ketimbang Emak."

Ibu itu memang hanya sekolah sampai Tsanawiyah (setara SMP). Karena dia keburu dinikahkan oleh kedua orangtuanya. Maklum, di kampung, nikah muda bukan sebuah hal yang tabu. Apalagi untuk kaum wanitanya. Usia dua puluh belum nikah, bisa-bisa dianggap gadis nggak laku.

Keluarga ibu itu amat pas-pasan. Suaminya hanya bekerja sebagai buruh di sebuah penggilingan padi di desanya. Silakan prediksi berapa gajinya, jangankan untuk biaya pendidikan kedua anaknya, bahkan untuk kebutuhan sehari-hari saja susahnya bukan main. Sedangkan sang ibu di rumah sambil buka sebuah toko kelontong di depan rumahnya. Penghasilannya pun amat pas-pasan. Apalagi di kampung, tetangga yang belanja sudaha biasa ngutang dulu, bayarnya setelah panen tiba, atau nunggu ayam-ayamnya pada bertelur.

Tapi sang ibu yakin bahwa anaknya bisa lebih darinya. Ibu itu terus berdoa setiap malam agar kedua anaknya bisa terus sekolah. Tahap demi tahap dilalui. Mulai SMP, SMA. Para tetangga mulai usil. "Ih, nggak mampu kok masih saja nyekolahin anak. Kenapa nggak disuruh nikah dan kerja saja." Tapi omongan-omongan itu tak digubris oleh sang ibu. Ia tetap yakin kedua anaknya bisa kuliah. Entah dari mana Tuhan memberi jalan.

Bagaimana kedua anaknya saat ini?

Kebetulan saya sangat kenal dengan mereka. Kini saya melihat dengan mata kepala saya sendiri, kalau anak pertama ibu itu telah lulus menjadi sarjana teknik. Sedangkan anak keduanya menjadi sarjana sains.

Ya. Impian memang menjadi awal dari keberhasilan. Ada begitu banyak manusia besar yang melalui perjuangannya dengan sebuah impian. Impian merupakan sumber energi yang kerap menjadikan manusia berlelah-lelah demi meraih sesuatu yang diimpikan. Tantangan demi tantangan bukan lagi menjadi dinding pembatas antara sang pemimpi dan tujuannya. Dinding itu hanya menjadi membran tipis yang dapat dengan mudah dilaluinya, karena mimpi.

Beberapa saat yang lalu, dalam acara Oprah Winfrey, dihadirkan salah seorang remaja yang bagi saya perjalanan hidupnya sangat inspiratif. Remaja itu bernama Charmaine Clarice Relusio Pempengco. Ia lebih dikenal sebagai Charice.

Charice lahir di Cabuyao, Laguna, Filiphina. Pada usia tiga tahun, ibunya berpisah dengan ayahnya karena kekerasan dalam rumah tangga. Ayah Charice sangat temperamental dan kerap menyiksa sang ibu. Hingga suatu hari Charice yang kala itu masih berusia tiga tahun harus menyaksikan ibunya ditodong pistol oleh sang ayah. Waktu itu Charice tidak bisa melakukan apa-apa karena masih kecil, dan hanya bisa menangis. Sejak saat itu ia dibesarkan sendiri oleh ibunya. Ibunya harus bekerja selama 16 jam per hari sebagai buruh pabrik untuk dapat menghidupi Charice dan adiknya.

Dengan segala keterbatasannya di masa kecil, Charice tidak lantas putus asa. Ia justru memiliki impian yang tinggi di masa depannya. Ia ingin menjadi penyanyi besar kelak.

Untuk mengejar cita-citanya, Charice terus melatih vokalnya setiap hari. Meskipun ia tidak dapat membaca not balok, secara outodidak ia terus belajar menyanyi serta mengikuti perlombaan demi perlombaan. Bahkan saat umurnya masih tujuh tahun, ia sudah mulai ikut kontes menyanyi amatir. Kompetisi demi kompetisi ia ikuti. Mulai pertunjukan di Provinsi Laguna, tempat tinggalnya, sampai ke beberapa kompetisi menyanyi di stasiun televisi pun ia ikuti. Saat itu tujuannya sangat sederhana. Ia hanya ingin membantu keuangan keluarganya. Meski sering kalah hanya karena dibilang tidak cantik.

Ketika dalam kompetisi amatir ia dinyatakan sebagai pemenang, biasanya ia memperoleh hadiah 5 atau 10 dolar. Jumlah yang kecil memang, tetapi baginya itu merupakan suatu anugerah yang sangat disyukuri oleh Charice dan ibunya pada saat itu. Dengan hadiah itu berarti mereka dapat menikmati pizza yang selama ini sangat sulit mereka nikmati.

Jalan perjuangan Charice memang panjang. Hingga suatu ketika, perjuangan itu akhirnya membawa Charice ke titik terang. Pada tahun 2007 keajaiban datang. Seorang pria yang menggunakan nama samaran FalseVoice mengunggah video penampilan Charice dalam sebuah kompetisi. Tanpa diduga, video tersebut menjadi pembicaraan di internet. Hingga akhirnya Charice diundang oleh acara Talent Show di Korsel, acara Talk Show Ellen DeGeneres, hingga acara Oprah Winfrey.

Lewat Winfrey, Charice akhirnya bisa berkenalan dengan David Foster yang akhirnya mengajak Charice tampil di konsernya di Mandalay Bay, Las Vegas.

Di usianya yang masih sangat belia, keberhasilan Charice saat ini, tidak lain berkat sebuah cita-cita besar dari seorang Charice kecil. Charice membuktikan bahwa dengan impian, semua manusia dapat meraih kesuksesannya meski awalnya ia hidup dengan kondisi yang penuh dengan keterbatasan. Charice, dengan kesederhanaan dan kecintaannya kepada sang bunda, telah berhasil membuktikan bahwa dirinya memang layak untuk mendapatkan semua itu.

Impian dan cita-cita adalah sebuah jalan mutlak yang harus ada dalam diri calon manusia besar. Impian adalah pemandu utama jalan hidup yang akan mengarahkan perjalanan hidup supaya tidak membelok pada alur yang salah. Akan ada jurwng perbedaan yang cukup lebar pada diri orang yang bermimpi dengan yang tidak. Sang pemimpi selalu melakoni hidup dalam koridor dan alur yang terarah. Mereka menciptakan mimpi agar hidup mereka memiliki tujuan yang jelas. Dan yang membahagiakan adalah fakta sejarah membuktikan bahwa tidak ada 'orang besar' tanpa melalui 'orang kecil'. Orang besar adalah orang kecil yang memiliki impian menjadi orang besar, bekerja keras menggapai apa yang diimpikan, serta pantang menyerah ketika batu-batu terjal hadir di tengah perjalanannya.

(Man Shabara Zhafira || Ahmad Rifa'i Rif'an : 4-7)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read User's Comments1