RSS

BELAJAR “GOBLOK” BERSAMA BOB SADINO


B
ob Sadino, sebuah nama yang pastinya tidak asing lagi di telinga kita. Seorang ikon, maestro, dan begawan entrepreneurship di Indonesia. He is living legend. Seorang pekerja keras yang memulai usaha sebagai pedagang keliling dan akhirnya sukses menjadi salah satu pengusaha nasional yang disegani dan dihormati.

Banyak orang yang bilang dia ‘goblok’, tapi menurut saya dia itu jenius. Beliau dianggap sebagai sosok ‘goblok’ oleh kebanyakan orang karena memang Bob Sadino adalah sosok yang berbeda. Kalau boleh dibilang, he is one in a million. Kesuksesan dan pencapaian yang telah diraihnya adalah bukti nyata kalau ilmu ‘goblok’-nya itu sangat manjur. Makanya dari kecil saya kepengen banget ketemu Bob Sadino dan mau belajar biar jadi ‘goblok’ juga hehehe...

Sejak SD saya sudah sering sekali mendengar dan membaca tentang Bob Sadino, hingga pada saat kuliah S1, keinginan saya untuk bertemu beliau sangat besar. Bak gayung bersambut, kesempatan itu pun datang. Ada info dari seorang teman bahwa Bob Sadino akan mengisi seminar di Malang. Kebetulan teman saya itu panitia EO yang mendatangkan Bob Sadino. Saya langsung menawarkan diri untuk menjadi moderator di acara tersebut. Dia bilang besok akan dikabari lagi karena harus laporan dulu ke ketua panitia.

Keesokan harinya teman saya itu mengabarkan bahwa ketua panitia sangat senang jika saya bisa menjadi moderator di seminar Bob Sadino. Namun mereka bilang budget fee tidak cukup untuk mengundang saya. Langsung saya jawab,”Ga usah dibayar juga ga papa, sediain tiket pesawat dan akomodasi aja cukup.” Mendengar hal itu panitia langsung sepakat.

Seumur hidup saya tidak pernah menawarkan diri untuk menjadi moderator di satu acara, dan baru kali ini saya melakukannya, bahkan tanpa dibayar pun tidak masalah. Hal ini karena saya sangat yakin bahwa nilai manfaat yang akan didapat dengan bertemu Bob Sadino akan jauh lebih tinggi dibanding sekadar materi. Apalagi, sangat sulit untuk bertemu dengan seorang tokoh nasional seperti Bob Sadino. Jadi ini sebuah kesempatan baik yang tidak boleh disia-siakan.

Lalu mengapa saya repot-repot menawarkan diri menjadi moderator? Dan bukan ikut sebagai peserta? Jawabannya, karena dengan menjadi moderator, saya akan mempunyai banyak kesempatan untuk berinteraksi dan belajar dari seorang Bob Sadino, di mana hal itu tidak akan mungkin saya lakukan jika hanya menjadi seorang peserta biasa.

Dalam sebuah acara, seorang moderator mempunyai waktu yang lebih banyak dan akses yang lebih besar untuk ngobrol dan berdiskusi dengan narasumber, yang dalam hal ini adalah Bob Sadino. Kalau jadi peserta seminar paling cuma ketemu pas hari H dan selesai. Padahal, belajar itu lebih mudah jika kita bisa berinteraksi langsung dengan sang guru, dan bukan sekadar mengikuti seminar yang hanya beberapa jam saja.

Hal lain yang membuat saya takjub lahi, dan saya memang yakin ini semua sudah diatur oleh-Nya adalah sebetulnya pada tanggal yang sama saya harusnya berangkat ke Amerika Serikat untuk sebuah acara, tapi ternyata batal dan waktu itu saya kecewa sekali. Dan ternyata saya baru tahu hikmahnya, bahwa Allah menggantinya dengan kesempatan bertemu dangan Bob Sadino. Saya sangat bersyukur dan lebih memilih bertemu dengan sang maestro dibanding ke negeri Paman Sam.

Hari H pun tiba, kami terbang menuju Malang pada tanggal 4 Juni. Saat masuk pesawat, ternyata di kursi dekat jendela sudah duduk seseorang yang sangat familiar, siapa lagi kalau bukan Bob Sadino. Bener-bener persis dengan apa yang selalu saya lihat di tv atau koran, mengenakan kemeja putih dan tentunya celana pendek blue jeans yang ketat dan melegenda itu hahaha...

Saya langsung menyapanya dengan panggilan Om Bob, seperti orang-orang lain memanggilnya. “Assalamu’alaikum Om Bob, saya Assad yang nanti akan jadi moderator acara seminar di Malang.” Beliau menjawab, “Wa’alaikumsalam. Hi Assad, oke good. Nanti kita ngobrol lagi ya, saya baca koran dulu.”

Seperti mimpi bisa melihat langsung sosok seorang Bob Sadino di depan mata. Saya duduk di sebelah Om Bob dan ga tau mau ngapain selain pura-pura ikutan baca koran juga, bener-bener udah mati gaya hahaha...

Setelah beliau selesai baca koran, obrolan pun terasa mengalir. Saya lalu memberikan buku Notes From Qatar sebagai tanda perkenalan dan beliau sangat antusias menerimanya. Dia langsung membaca dengan serius, dan setelah 15 menit, komentar pertama yang meluncur dari Om Bob, “Buku ini bagus, dan kamu masih muda tapi sudah punya network yang baik. Tapi kamu juga ‘goblok’ keliatannya ya.”

Saya senyum-senyum aja dibilang ‘goblok’, meskipun agak nyesek juga. Selanjutnya obrolan pun berlanjut dan kita ngobrol banyak hal. Saya pun tidak henti-hentinya bertanya kepada Om Bob dan berulang kali pula tidak henti-hentinya saya dibilang ‘goblok’ oleh beliau hahaha...

Tapi setelah saya pikir-pikir, iya bener juga ya mungkin saya ini memang ‘goblok’ karena banyak hal yang tidak terpikirkan oleh saya tapi bisa dipikirkan oleh dirinya.

Tidak terasa perjalanan Jakarta-Malang yang ditempuh selama 1 jam 20 menit terasa sangat singkat. Setibanya di airport Malang, kita langsung dijemput oleh panitia acara. Kita kemudian makan siang di restoran lalu menuju hotel untuk beristirahat, karena acara akan dimulai pada malam hari.

It’s a show time! Waktu menunjukkan jam 7 kurang, tapi peserta seminar sudah sangat ramai sekali. Ratusan orang sudah berkumpul dan riuh rendah suara bisa terdengar dengan jelas dari belakang panggung. Om Bob pun naik ke atas panggung dan tepuk tangan pun memenuhi gedung Sasana Budaya Universitas Malang tersebut. Di awal pembukaan, Om Bob langsung bilang. “Coba kalian tanya ke saya, apa yang kalian ingin ketahui tentang saya?”

Pertanyaan pertama pun meluncur, “Apa rahasia sukses Om Bob?” langsung dijawab, “Setiap kali saya seminar pasti ditanya seperti ini. Rahasia sukses saya adalah tanpa rahasia. Ya, karena memang tidak ada yang dirahasiakan. Terus melangkah saja. Gagal, coba lagi. Gagal lagi, coba lagi. Gagal lagi, coba lagi. Sukses itu sangat mudah dan sederhana asalkan kita mau bekerja keras.”

Selanjutnya ada yang bertanya, “Om Bob pernah gagal ga?” Dengan mudah Om Bob menjawab. “Saya ini ga pernah gagal, lha wong saya dulu mulai usaha dari 0, ya kalaupun rugi sampai harta saya habis ya itu namanya impas, bukan rugi. Tapi yang pasti saya ini susah miskin, karena kemiskinan takut dateng ke saya.” Hahaha...

Setelah itu, pertanyaan demi pertanyaan deras mengalir, dan Om Bob dengan sangat mudah menjawab semua pertanyaan tersebut, karena memang pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan sengat standar dan tidak ada yang istimewa. Om Bob lalu menantang para hadirin untuk menyerang dirinya dengan pertanyaan-pertanyaan yang lebih berkualitas, “Ayo kalian ‘serang’ saya gitu loh, jangan yang goblok-goblok aja nanyanya.” Hahaha...

Acara benar-benar cair dan saya sangat menikmatinya. Beberapa kali saya juga sempat kena semprot Om Bob dan dibilang ‘goblok’ hahaha... Well, I really enjoyed that show!

Om Bob juga memberikan perbedaan antara orang pintar dan ‘goblok’. Inilah versi pintar vs ‘goblok’ ala Bob Sadino:

“Orang pintar kebanyakan ide dan akhirnya tidak ada satu pun yang jadi kenyataan. Orang goblok cuma punya 1 ide yang dikerjakannya dan itu jadi kenyataan.”

“Orang pintar banyak mikir, akhirnya tidak pernah melangkah. Orang goblok ga banyak mikir, makanya terus melangkah.”

“Orang pintar maunya cepat berhasil, padahal semua orang tahu itu mustahil. Orang goblok cuma punya 1 harapan: hari ini bisa makan, dan dia berhasil setiap harinya.”

“Orang pintar itu aneh. Bisnis kok cari untung. Apa iya akan untung terus? Kan tidak. Akhirnya kalau mereka rugi langsung patah semangat karena niatnya cari untung. Orang goblok itu bisnis malah cari rugi. Apa iya bakal rugi terus? Kan tidak. Akhirnya kalau rugi justru makin semangat karena memang itu yang dicari, dan kalau untung malah bertambahlah syukurnya. Ya jelas aja, nyari rugi malah dikasih untung!”

“Orang pintar belajar keras untuk melamar pekerjaan. Orang goblok sulit dapat kerja akhirnya buka usaha sendiri. Saar bisnisnya maju, orang goblok mempekerjakan orang pintar”

Di akhir kalimatnya tentang pintar vs ‘goblok’, Om Bob memberikan wejangannya, “Semakin goblok seseorang, maka semakin besar kesempatan orang tersebut untuk memperoleh ilmu dari orang lain. Makanya setiap bertemu orang baru, selalu kosongkan gelas kalian terlebih dahulu.”

Gimana, jadi ngerasa ‘goblok’ ga? Hehe bagus, nikmatin aja.

Acara seminar yang berlangsung selama 2 jam itu terasa sangat cepat dan semua peserta yang hadir sangat puas dan menikmati malam itu.

Keesokan harinya kita sarapan bareng di hotel dan kembali saya mendapatkan banyak sekali pelajaran di sana. Dari mulai filosofi hidup, perjuangan dan berbagai hal lainnya. Kemudian kita menuju airport. Saya pun banyak sekali mendapat pelajaran yang berharga selama berinteraksi dengan beliau.

Saya semakin mengenal Om Bob dan merasakan betul semangatnya meskipun di umurnya yang sudah di atas 80 tahun. Saya jadi sadar bahwa kata-kata ‘goblok’ yang sering dia gunakan itu adalah untuk membuat kita ini sadar dan tidak terlena dengan kenikmatan yang ada.

Om Bob seperti ingin mengatakan kepada kita. “Hey abak muda, bangun! Jangan bermalas-malasan. Kesuksesan itu tidak akan datang hanya dengan menunggu dan bersantai-santai.” Itulah makna Om Bob sering mengatakan ‘goblok’ kepada orang-orang.

Saat perjalan pulang di pesawat, saya bertanya kepada beliau, “Om, percaya gak dengan kekuatan sedekah?” Beliau sempat terdiam mendengar pertanyaan saya, lalu tidak lama menjawab, “Saya sangat percaya dengan kekuatan sedekah, dan saya lebih senang jika bersedekah bukan dengan uang atau materi karena itu akan habis dan tidak abadi. Kalau saya kasih orang beras 10 kilo, mungkin akan habis dalam satu minggu. Tapi kalau saya sedekah doa dan ilmu untuk orang itu, dia akan bisa makan selama 10 tahun bahkan lebih.”

Sungguh sebuah jawaban yang sangat mendalam, bahwa memang sebuah pemberian itu harus bisa memberikan manfaat dalam jangka panjang bagi si penerimanya. Itulah yang disebut sebagai sedekah jariyah dalam islam, yang pahalanya akan terus mengalir meskipun nanti sang pemberi sedekah sudah meninggal dunia.

Seorang Bob Sadino yang selama ini kita kenal mungkin terlihat cuek dan tidak peduli dengan sekitar, ternyata memiliki pemahaman spiritual yang baik dalam memaknai hidup ini. Bahwa hidup adalah untuk menolong orang lain di sekitar. Bahwa hidup adalah untuk memberi manfaat sebesar-besarnya bagi mereka yang membutuhkan. Dan bagi seorang Bob Sadino, menolong yang paling bermanfaat bukan hanya sekedar dengan uang dan materi, namun berupa ilmu dan doa yang bisa dinikmati si penerimanya sampai akhir hidupnya.

Tidak terasa perjalanan kembali ke Jakarta sangat cepat, dan kami pun tiba di Soekarno-Hatta. Setelah turun dari pesawat dan sebelum berpisah Om Bob bilang, “Sampai jumpa Assad, sukses terus, minggu depan kita bertemu lagi ya saya undang makan siang di Kem Chicks.”

Dan sampai sekarang hubungan saya dengan Om Bob masih sangat baik dan kami sering bertemu hanya untuk sekadar ngobrol ataupun berdiskusi tentang bisnis dan hal-hal lainnya.

Thank you Om Bob, you are such a big inspiration for me!

(Muhammad Assad || Notes From Qatar 3 : 13-23)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read User's Comments0