O
|
h, betapa malangnya diri, yang ketika di
dunia begitu disanjung dan dipuja oleh sesama, padahal di hadapan Allah, dia
rusak dan penuh nista. Betapa menyesalnya diri yang ketika di dunia sangat suka
menjaga penampilan dan citra, padahal di sisi Allah dia dicerca dan dimurka.
Betapa banyak dari kita yang sangat
menjaga image dan citra di hadapan manusia, namun dalam sunyi, tanpa rasa malu
bermaksiat di hadapan Tuhan. Betapa seringnya kita menjadi manusia yang sangat
menjaga diri di hadapan sesama. Kita tampilkan diri sebagai pribadi yang sangat
sempurna, sangat baik, dan penuh wibawa. Namun ketika sendiri, baru terbongkar
siapa diri kita sebenarnya. Kita merasa aman, kita merasa tak ada satu pun
orang yang tahu bahwa kita tercela. Padahal Allah Mahamelihat. Dan kelak pasti
datang satu masa di mana seluruh makhluk akan menyaksikan siapa diri kita yang
sebenarnya.
Iyauma
nakhtimu ‘alaa afwaahihim watukallimunaa aidiihim wa tasyhadu arjuluhum bimaa
kaanuu yaksibuun. Rasanya, ayat di surah Yasin ini sudah
cukup untuk menjadi penasehat abadi. Pada hari itu, mulutmu terkunci, hingga
tak akan ada dalih dan kebohongan apa pun yang bisa kau lontarkan. Mulutmu tertutup,
sehingga tak bisa lagi mendustai siapa pun sebagaimana yang kau lakukan selama
di dunia. Mulutmu tak bisa membicarakan kebaikanmu dan menutupi cacat dan
lemahmu sebagaimana yang selama ini kau lakukan di dunia. Pada hari itu, hanya
tangan dan kakimu yang akan berbicara, mempersaksikan seluruh tingkah lakumu di
dunia, sejak baligh, hingga ajalmu.
“Pada
hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan
memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan.”
(QS. Yasin: 56)
Saat ini kita sangat
mudah menjumpai pengadilan yang jauh dari keadilan di negeri ini. Betapa banyak
kezaliman yang timbul dari beberapa keputusan hukum yang sangat tajam kepada
kaum bawah, sementara sangat tumpul kepada golongan atas. Mencuri beberapa buah
semangka atau beberapa kilogram karet mentah bisa langsung diganjar hukuman
penjara beberapa tahun. Sementara koruptor yang merampok uang negara miliaran
bahkan triliunan rupiah bebas melenggang di negeri ini. Negeri ini memang
kehilangan rasa keadilan. Hukum sangat tegas bagi kaum miskin tetapi sangat
hati-hati jika menimpa kaum kaya dan berkuasa.
Namun ketahuilah, jika
pengadilan manusia kadang bisa dimanipulasi, tetapi pengadilan Allah tak akan
bisa. Karena Dialah Zat yang Mahamelihat, Maha Mengetahui segala tingkah dan perbuatan seluruh umat manusia. Tidak ada
yang mampu menyuap malaikat, sang petugas yang kejujurannya tak perlu lagi
diragukan. Tak ada yang bisa membohongi pengadilan Mahsyar.
Marilah kita
berhati-hati terhadap pengetahuan Allah yang tiada batasnya. Saat kita sendiri,
hakikatnya kita tak sendiri. Karena ada Allah yang maha menyaksikan segala apa
yang kita perbuat. Perasaan yang selalu merasa kehadiran Allah dekat dengan
kita itulah yang berpotensi menjauhkan kita dari keberanian melanggar
larangan-Nya. Kita tidak lagi menakutkan pengadilan manusia yang paling berat –
hukuman mati. Yang kita takutkan adalah pengadilan Allah yang dampaknya bisa
jadi berbuntut siksaan sepanjang masa dan tak ada hentinya.
Ketika kita memiliki
rasa diawasi selalu oleh Allah, kita malu pada-Nya ketika waktu dan usia yang
sudah dikaruniakan-Nya bagi kita justru kita isi dengan hal-hal yang sia-sia,
bahkan perbuatan yang dilarang-Nya. Kita malu pada-Nya. Kita tak lagi peduli
pandangan manusia pada kita. Karena pendapat sesama hanyalah pendapat subjektif
yang tidak menentukan baik buruknya kita. Pandangan Allah pada kitalah
pandangan objektif. Jika dalam pandangan-Nya kita baik, maka baiklah kita.
Pengadilan Tuhan tidak
bisa dimanipulasi dan disogok. Pengadilan Mahsyar tak akan bisa diintervensi
dengan kekuasaan apa pun. Dalam pengadilan itu, dipertontonkan dengan sangat
detail tentang segala perbuatan baik dan buruk yang sudah kita kerjakan. Bayangkan,
seluruh manusia dikumpulkan dalam satu tempat dan di depannya dipersaksikan
seluruh perjalanan hidup masing-masing kita dengan sangat detail. Seluruh aib
yang selama ini kita tutupi tiba-tiba terbongkar tanpa tedeng aling-aling. Seluruh
ke-jaim-an kita pada hari itu tiada
gunanya. Karena Allah mempertontonkan di hadapan seluruh manusia tentang siapa
dan bagaimana kita sebenarnya.
Oh,
betapa malunya diri, yang selama di dunia dengan penuh wibawa tampil di hadapan
khalayak, tetapi dalan kesendirian, justru merasa aman dengan dosa-dosanya. Oh, betapa malangnya diri, yang ketika
di dunia disanjung dan dipuja oleh sesama, padahal di hadapan Allah, dia rusak
dan penuh nista. Betapa menyesalnya diri yang ketika di dunia sangat suka
menjaga penampilan dan citra, padahal di sisi Allah dia dicerca dan dimurka.
Pengadilan Tuhan adalah
pengadilan yang benar-benar adil. Di sana akan muncul dua golongan, yakni
golongan kanan dan kiri. Bagi golongan kiri, maka siksaaan adalah balasan atas
segala kelakuan buruk yang sudah dikerjakannya selama di dunia. Sedangkan bagi
golongan kanan, maka kenikmatan surga adalah balasan atas segala kebaikannya
yang sudah dilakukannya di dunia.
Sahabatku, kini, kita
masih diberi kesempatan untuk memilih. Kini, kita masih dipercayai oleh Tuhan
untuk memperbaiki diri. Memilih menjadi golongan manusia yang malang, menyesal,
dan meratapi hidupnya di dunia, atau justru menjadi golongan manusia yang puas
dengan kebaikan yang sudah dikerjakan saat hidup. Kita masih punya kesempatan
untuk memilih, menjadi orang yang hanya dipuja oleh sesama namun dimurka oleh
Tuhan, atau menjadi orang yang di mata manusia terhormat, dalam pandangan Allah
berlimpah rahmat?
Hari ini, sebelum
beranjak tidur di malam hari, sejenak tanyakan pada diri:
- Andaikan ini tidur terakhirku, sudah siapkah aku menghadap Tuhan dengan diri saat ini?
- Andaikan ini hari terakhirku, dosa apa yang sangat ingin aku mintakan ampun pada-Nya?
- Andaikan ini hari terakhirku, amalan apa yang aku yakin sanggup menyelamatkanku di alam Barzah?
- Andaikan ini hari terakhirku, karakter apa dalam diriku yang membuat Tuhan mencurahkan rahmat-Nya padaku?
Mari pejamkan mata
sejenak, merenungkannya dalam-dalam. Lalu beristirahatlah. Semoga esok Tuhan
masih berkenan memberi kita tambahan umur untuk memperbaiki diri. Jantung yang
terus berdetak adalah nasihat bahwa pernjalanan menuju kubur tak kenal libur. Sekolah,
kuliah, kerja boleh saja libur, tapi tetaplah ingat bahwa usia kita tak pernah
libur. Meski hari libur, hindari bermalas diri.
Tetaplah produktif
dalam berkarya dan beribadah. Lalu kapan istirahatnya? Percayalah. Tempat istirahat
terbaik adalah surga.
(Tuhan,
Maaf, Kami Sedang Sibuk || Ahmad Rifa’i Rif’an : 11-16)
0 komentar:
Posting Komentar