B
|
ob Sadino, sebuah nama yang pastinya
tidak asing lagi di telinga kita. Seorang ikon, maestro, dan begawan entrepreneurship di Indonesia. He is living legend. Seorang pekerja
keras yang memulai usaha sebagai pedagang keliling dan akhirnya sukses menjadi
salah satu pengusaha nasional yang disegani dan dihormati.
Banyak orang yang bilang dia ‘goblok’,
tapi menurut saya dia itu jenius. Beliau dianggap sebagai sosok ‘goblok’ oleh
kebanyakan orang karena memang Bob Sadino adalah sosok yang berbeda. Kalau
boleh dibilang, he is one in a million.
Kesuksesan dan pencapaian yang telah diraihnya adalah bukti nyata kalau ilmu
‘goblok’-nya itu sangat manjur. Makanya dari kecil saya kepengen banget ketemu
Bob Sadino dan mau belajar biar jadi ‘goblok’ juga hehehe...
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhUP1wKDrU8LquUXCBhnzAZTVm8gE71qxcDz1dCYiiNv2904o1YhFtctmg-TF7wyWBSF1aMrMEzT_PlL5hy7Be1HthrgqjOkhM1Ar6QrC8p13rvLroculwTPrzL5RqDeMdjNDxXut9XuhaQ/s1600/Bob+sadino.jpg)
Keesokan harinya teman saya itu
mengabarkan bahwa ketua panitia sangat senang jika saya bisa menjadi moderator
di seminar Bob Sadino. Namun mereka bilang budget
fee tidak cukup untuk mengundang saya. Langsung saya jawab,”Ga usah dibayar juga ga papa, sediain tiket
pesawat dan akomodasi aja cukup.” Mendengar hal itu panitia langsung
sepakat.
Seumur hidup saya tidak pernah
menawarkan diri untuk menjadi moderator di satu acara, dan baru kali ini saya
melakukannya, bahkan tanpa dibayar pun tidak masalah. Hal ini karena saya
sangat yakin bahwa nilai manfaat yang akan didapat dengan bertemu Bob Sadino
akan jauh lebih tinggi dibanding sekadar materi. Apalagi, sangat sulit untuk
bertemu dengan seorang tokoh nasional seperti Bob Sadino. Jadi ini sebuah
kesempatan baik yang tidak boleh disia-siakan.
Lalu mengapa saya repot-repot menawarkan
diri menjadi moderator? Dan bukan ikut sebagai peserta? Jawabannya, karena
dengan menjadi moderator, saya akan mempunyai banyak kesempatan untuk
berinteraksi dan belajar dari seorang Bob Sadino, di mana hal itu tidak akan
mungkin saya lakukan jika hanya menjadi seorang peserta biasa.
Dalam sebuah acara, seorang moderator
mempunyai waktu yang lebih banyak dan akses yang lebih besar untuk ngobrol dan
berdiskusi dengan narasumber, yang dalam hal ini adalah Bob Sadino. Kalau jadi
peserta seminar paling cuma ketemu pas hari H dan selesai. Padahal, belajar itu
lebih mudah jika kita bisa berinteraksi langsung dengan sang guru, dan bukan
sekadar mengikuti seminar yang hanya beberapa jam saja.
Hal lain yang membuat saya takjub lahi,
dan saya memang yakin ini semua sudah diatur oleh-Nya adalah sebetulnya pada
tanggal yang sama saya harusnya berangkat ke Amerika Serikat untuk sebuah
acara, tapi ternyata batal dan waktu itu saya kecewa sekali. Dan ternyata saya
baru tahu hikmahnya, bahwa Allah menggantinya dengan kesempatan bertemu dangan
Bob Sadino. Saya sangat bersyukur dan lebih memilih bertemu dengan sang maestro
dibanding ke negeri Paman Sam.
Hari H pun tiba, kami terbang menuju
Malang pada tanggal 4 Juni. Saat masuk pesawat, ternyata di kursi dekat jendela
sudah duduk seseorang yang sangat familiar, siapa lagi kalau bukan Bob Sadino.
Bener-bener persis dengan apa yang selalu saya lihat di tv atau koran,
mengenakan kemeja putih dan tentunya celana pendek blue jeans yang ketat dan
melegenda itu hahaha...
Saya langsung menyapanya dengan
panggilan Om Bob, seperti orang-orang lain memanggilnya. “Assalamu’alaikum Om Bob, saya Assad yang nanti akan jadi moderator
acara seminar di Malang.” Beliau menjawab, “Wa’alaikumsalam. Hi Assad, oke good. Nanti kita ngobrol lagi ya, saya
baca koran dulu.”
Seperti mimpi bisa melihat langsung
sosok seorang Bob Sadino di depan mata. Saya duduk di sebelah Om Bob dan ga tau
mau ngapain selain pura-pura ikutan baca koran juga, bener-bener udah mati gaya
hahaha...
Setelah beliau selesai baca koran,
obrolan pun terasa mengalir. Saya lalu memberikan buku Notes From Qatar sebagai tanda perkenalan dan beliau sangat
antusias menerimanya. Dia langsung membaca dengan serius, dan setelah 15 menit,
komentar pertama yang meluncur dari Om Bob, “Buku
ini bagus, dan kamu masih muda tapi sudah punya network yang baik. Tapi kamu
juga ‘goblok’ keliatannya ya.”
Saya senyum-senyum aja dibilang
‘goblok’, meskipun agak nyesek juga. Selanjutnya obrolan pun berlanjut dan kita
ngobrol banyak hal. Saya pun tidak henti-hentinya bertanya kepada Om Bob dan
berulang kali pula tidak henti-hentinya saya dibilang ‘goblok’ oleh beliau
hahaha...
Tapi setelah saya pikir-pikir, iya bener
juga ya mungkin saya ini memang ‘goblok’ karena banyak hal yang tidak
terpikirkan oleh saya tapi bisa dipikirkan oleh dirinya.
Tidak terasa perjalanan Jakarta-Malang
yang ditempuh selama 1 jam 20 menit terasa sangat singkat. Setibanya di airport
Malang, kita langsung dijemput oleh panitia acara. Kita kemudian makan siang di
restoran lalu menuju hotel untuk beristirahat, karena acara akan dimulai pada
malam hari.
It’s
a show time! Waktu menunjukkan jam 7 kurang, tapi
peserta seminar sudah sangat ramai sekali. Ratusan orang sudah berkumpul dan
riuh rendah suara bisa terdengar dengan jelas dari belakang panggung. Om Bob
pun naik ke atas panggung dan tepuk tangan pun memenuhi gedung Sasana Budaya
Universitas Malang tersebut. Di awal pembukaan, Om Bob langsung bilang. “Coba kalian tanya ke saya, apa yang kalian
ingin ketahui tentang saya?”
Pertanyaan pertama pun meluncur, “Apa rahasia sukses Om Bob?” langsung
dijawab, “Setiap kali saya seminar pasti
ditanya seperti ini. Rahasia sukses saya adalah tanpa rahasia. Ya, karena
memang tidak ada yang dirahasiakan. Terus melangkah saja. Gagal, coba lagi.
Gagal lagi, coba lagi. Gagal lagi, coba lagi. Sukses itu sangat mudah dan
sederhana asalkan kita mau bekerja keras.”
Selanjutnya ada yang bertanya, “Om Bob pernah gagal ga?” Dengan mudah
Om Bob menjawab. “Saya ini ga pernah
gagal, lha wong saya dulu mulai usaha dari 0, ya kalaupun rugi sampai harta
saya habis ya itu namanya impas, bukan rugi. Tapi yang pasti saya ini susah
miskin, karena kemiskinan takut dateng ke saya.” Hahaha...
Setelah itu, pertanyaan demi pertanyaan
deras mengalir, dan Om Bob dengan sangat mudah menjawab semua pertanyaan
tersebut, karena memang pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan sengat standar
dan tidak ada yang istimewa. Om Bob lalu menantang para hadirin untuk menyerang
dirinya dengan pertanyaan-pertanyaan yang lebih berkualitas, “Ayo kalian ‘serang’ saya gitu loh, jangan
yang goblok-goblok aja nanyanya.” Hahaha...
Acara benar-benar cair dan saya sangat
menikmatinya. Beberapa kali saya juga sempat kena semprot Om Bob dan dibilang
‘goblok’ hahaha... Well, I really enjoyed
that show!
Om Bob juga memberikan perbedaan antara
orang pintar dan ‘goblok’. Inilah versi pintar vs ‘goblok’ ala Bob Sadino:
“Orang
pintar kebanyakan ide dan akhirnya tidak ada satu pun yang jadi kenyataan.
Orang goblok cuma punya 1 ide yang dikerjakannya dan itu jadi kenyataan.”
“Orang
pintar banyak mikir, akhirnya tidak pernah melangkah. Orang goblok ga banyak
mikir, makanya terus melangkah.”
“Orang
pintar maunya cepat berhasil, padahal semua orang tahu itu mustahil. Orang
goblok cuma punya 1 harapan: hari ini bisa makan, dan dia berhasil setiap
harinya.”
“Orang
pintar itu aneh. Bisnis kok cari untung. Apa iya akan untung terus? Kan tidak.
Akhirnya kalau mereka rugi langsung patah semangat karena niatnya cari untung.
Orang goblok itu bisnis malah cari rugi. Apa iya bakal rugi terus? Kan tidak.
Akhirnya kalau rugi justru makin semangat karena memang itu yang dicari, dan
kalau untung malah bertambahlah syukurnya. Ya jelas aja, nyari rugi malah
dikasih untung!”
“Orang
pintar belajar keras untuk melamar pekerjaan. Orang goblok sulit dapat kerja
akhirnya buka usaha sendiri. Saar bisnisnya maju, orang goblok mempekerjakan
orang pintar”
Di akhir kalimatnya tentang pintar vs
‘goblok’, Om Bob memberikan wejangannya, “Semakin
goblok seseorang, maka semakin besar kesempatan orang tersebut untuk memperoleh
ilmu dari orang lain. Makanya setiap bertemu orang baru, selalu kosongkan gelas
kalian terlebih dahulu.”
Gimana, jadi ngerasa ‘goblok’ ga? Hehe
bagus, nikmatin aja.
Acara seminar yang berlangsung selama 2
jam itu terasa sangat cepat dan semua peserta yang hadir sangat puas dan
menikmati malam itu.
Keesokan harinya kita sarapan bareng di
hotel dan kembali saya mendapatkan banyak sekali pelajaran di sana. Dari mulai
filosofi hidup, perjuangan dan berbagai hal lainnya. Kemudian kita menuju
airport. Saya pun banyak sekali mendapat pelajaran yang berharga selama
berinteraksi dengan beliau.
Saya semakin mengenal Om Bob dan
merasakan betul semangatnya meskipun di umurnya yang sudah di atas 80 tahun.
Saya jadi sadar bahwa kata-kata ‘goblok’ yang sering dia gunakan itu adalah
untuk membuat kita ini sadar dan tidak terlena dengan kenikmatan yang ada.
Om Bob seperti ingin mengatakan kepada
kita. “Hey abak muda, bangun! Jangan
bermalas-malasan. Kesuksesan itu tidak akan datang hanya dengan menunggu dan
bersantai-santai.” Itulah makna Om Bob sering mengatakan ‘goblok’ kepada
orang-orang.
Saat perjalan pulang di pesawat, saya
bertanya kepada beliau, “Om, percaya gak
dengan kekuatan sedekah?” Beliau sempat terdiam mendengar pertanyaan saya,
lalu tidak lama menjawab, “Saya sangat
percaya dengan kekuatan sedekah, dan saya lebih senang jika bersedekah bukan dengan
uang atau materi karena itu akan habis dan tidak abadi. Kalau saya kasih orang
beras 10 kilo, mungkin akan habis dalam satu minggu. Tapi kalau saya sedekah
doa dan ilmu untuk orang itu, dia akan bisa makan selama 10 tahun bahkan
lebih.”
Sungguh sebuah jawaban yang sangat
mendalam, bahwa memang sebuah pemberian itu harus bisa memberikan manfaat dalam
jangka panjang bagi si penerimanya. Itulah yang disebut sebagai sedekah jariyah
dalam islam, yang pahalanya akan terus mengalir meskipun nanti sang pemberi
sedekah sudah meninggal dunia.
Seorang Bob Sadino yang selama ini kita
kenal mungkin terlihat cuek dan tidak peduli dengan sekitar, ternyata memiliki
pemahaman spiritual yang baik dalam memaknai hidup ini. Bahwa hidup adalah
untuk menolong orang lain di sekitar. Bahwa hidup adalah untuk memberi manfaat
sebesar-besarnya bagi mereka yang membutuhkan. Dan bagi seorang Bob Sadino,
menolong yang paling bermanfaat bukan hanya sekedar dengan uang dan materi,
namun berupa ilmu dan doa yang bisa dinikmati si penerimanya sampai akhir
hidupnya.
Tidak terasa perjalanan kembali ke
Jakarta sangat cepat, dan kami pun tiba di Soekarno-Hatta. Setelah turun dari
pesawat dan sebelum berpisah Om Bob bilang, “Sampai
jumpa Assad, sukses terus, minggu depan kita bertemu lagi ya saya undang makan
siang di Kem Chicks.”
Dan sampai sekarang hubungan saya dengan
Om Bob masih sangat baik dan kami sering bertemu hanya untuk sekadar ngobrol
ataupun berdiskusi tentang bisnis dan hal-hal lainnya.
Thank
you Om Bob, you are such a big inspiration for me!
(Muhammad
Assad || Notes From Qatar 3 : 13-23)
0 komentar:
Posting Komentar