Demi melihat anaknya
yang terlahir hidup didunia, selama 9 bulan sudah ibu mengandung dan bersusah
payah melahirkan dengan mengorbankan nyawa. Rasa sakit tak tertahankan saat
melahirkan, dilawan dengan sekuat tenaga. Hingga bayi mungil itu lahir, sang
ibu dengan kasih sayang merawat dan membersihkan kotoran yang ada. Di kala
anaknya merasa sakit, ibu akan merasa sedih dan rela membiayai dokter demi
anaknya sembuh kembali. Siang dan malam, sang ibu senantiasa mendoakan anaknya
tanpa sepengetahuannya. Bagi ibu, apapun rela dilakukannya demi membuat anaknya
bahagia.
Betapa
besar pengorbanan dan kasih sayang seorang ibu, hingga kasih sayangnya seolah
tak dapat dibeli. Lantas, sebagai seorang anak, masihkah engkau menyayangi ibumu?
Dan bagaimana sikapmu sebagai seorang anak dalam membalas segala kebaikan dan
kasih sayang ibumu?
Dari
Abu Hurairah ra. Beliau berkata, “Seseorang datang kepada Rasulullah SAW dan
berkata, “Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?”
Rasulullah SAW menjawab, “Ibumu!” Dan orang tersebut kembali bertanya,
“Kemudian siapa lagi?” Nabi SAW menjawab, “Ibumu!” Lantas orang tersebut
bertanya kembali, “Kemudian siapa lagi?” Beliau menjawab, “Ibumu!”. “Kemudian
siapa lagi?” tanya orang itu kembali. Lalu Rasulullah SAW menjawab, “Kemudian
ayahmu”. (HR. Bukhari no.5971 dan Muslim no.2548).
Berdasarkan
hadist tersebut, kata ibu diucapkan oleh Rasulullah SAW sebanyak 3 kali.
Sehingga jelas, bahwa seorang anak harus berbakti terhadap ibunya. Islam juga
mengajarkan untuk tidak mengucapkan kata “ah”, dan selalu berkata baik kepada
kedua orang tuanya. Bahkan, ada hadist yang menyatakan bahwa surga itu terletak
di bawah kedua kaki ibu, yang menunjukkan bahwa betapa pentingnya peran seorang
ibu.
Dalam
sebuah kisah, saat ibunya meninggal, Iyas bin Mu’awiyah menangis. Orang yang
mengetahui hal tersebut bertanya kepada beliau. “Mengapa Anda menangis?” Lalu
Ilyas bin Mu’awiyah menjawab, “Dahulu akau memiliki dua pintu yang terbuka
untuk menuju surga, namun kini salah satunya telah terkunci”. Lihatlah, betapa
sedinya Iyas bin Mu’awiyah saat ibunya meninggal dunia.
Lalu,
bagaimana dengan engkau, bila sang ibu meninggal dunia? Sungguh tak
terbayangkan betapa menyesalnya saat itu. Seberapa banyak engkau telah
membantah dan tidak mematuhi perintah ibumu? Seberapa banyak engkau telah
membuat ibumu sedih hingga air matanya berlinang? Jika engkau masih sayang
terhadap ibumu, maka segeralah redakan tangisannya.
Sebagaimana
Rasulullah SAW memberi nasihat kepada salah seorang yang datang kepadanya.
“Seseorang datang kepada Rasulullah SAW dan berkata, “Aku akan berbai’at
kepadamu untuk berhijrah, dan aku tinggalkan kedua orangtuaku dalam keadaan
menangis.” Rasulullah SAW bersabda, “Kembalilah kepada kedua orangtuamu dan
buatlah keduanya tertawa sebagaimana engkau telah membuat keduanya menangis..”
(HR. Imam Abu Dawud dan An-Nasa’i).
Lantas,
apa lagi yang ditunggu? Segeralah berbuat baik kepada ibumu. Karena
sesungguhnya, meskipun engkau telah mengerahkan seluruh daya upaya untuk
berbakti kepadanya. Niscaya itu belum mampu membayar kasih sayang dan kebaikan
ibu saat merawat dan mendidikmu.
Maka,
perlakukanlah dengan kasih sayang dan segeralah meminta maaf jika engkau pernah
mengucapkan kata-kata yang kasar dan bersikap buruk terhadap ibumu. Karena bisa
jadi engkau tak akan lama lagi dapat melihat wajah mereka. Raga ibumu seolah
tak sekuat dulu dan tak ada yang mengetahui sampai kapan maut akan
menghampirinya.
Dan
bila ibumu telah berada diakhirat, maka berdoalah untuknya dan jadilah anak
yang baik. Karena doa anak yang soleh dan solehah merupakan salah satu amal
baik baginya yang tak pernah terputus.
(Yatim,
Edisi Desember 2012 : 7)
0 komentar:
Posting Komentar