RSS

MENYIKAPI KRITIKAN


“Sehebat apa pun diri kita, pasti akan ada orang yang mengkritik kita. Maka hanya ada dua sikap, dengar sebagai masukan, atau abaikan jangan risaukan. Jika kritikannya membangun, jadikan itu sebagai media perbaikan diri. Tapi jika tidak, abaikan. Jangan terlalu dipikirkan. Jangan sampai kritikan itu mengganggu pikiran.”

C
erita ini menarik. Seorang anak muda yang hanya lulusan SD bekerja sebagai pegawai rendahan di sebuah perusahaan minyak di Arab. Gajinya tak seberapa, namun dia harus bekerja karena ia berasal dari keluarga tidak mampu, sementara dia ingin tetap melanjutkan sekolahnya ke jenjang yang lebih tinggi. Tak ada cara lain selain harus bekerja mencari nafkah sendiri sambil terus melanjutkan pendidikannya.

Hingga suatu hari, saat dia sangat kehausan di tempat kerja, dia meminta izin untuk minum sebuah botol yang ada di meja kantor. Namun sebelum dia meminumnya, seorang engineer dari Amerika membentaknya, “Hei, jangan minum air itu! Itu hanya untuk insinyur di sini.”

Betapa malu dan sakit hati anak muda tersebut. Dia berpikir, apakah hanya karena saya pegawai rendahan bahkan untuk minum air perusahaan saja tak diperbolehkan, padahal saya sangat kehausan? Apakah karena saya pegawai rendahan dan dia insinyur lalu saya tak boleh minum seteguk air saja?

Bentakan dari insinyur Amerika tersebut terus terngiang dalam hatinya. Hari demi hati dia memang tetap menjalani pekerjaannya sebagaimana biasanya, tapi sejak peristiwa itu, semangatnya berbeda. Entah mengapa sejak kejadian itu jiwanya terus saja yakin bahwa dia akan lebih tekun bekerja, akan lebih tekun belajar, dan tak mau lama-lama jadi pegawai rendahan.

Hari-harinya tampak lebih semangat. Siang dia bekerja di perusahaan dan malamnya dia pergi ke sekolah. Lelah dan capek sudah tak digubrisnya lagi. Dia bekerja dengan keras dan belajar dengan tekun. Singkat cerita, berkat kerja kerasnya, dia akhirnya lulus SMP dan SMA dengan nilai yang memuaskan.

Melihat kegigihan anak muda ini, pihak perusahaan ternyata sangat respek. Mereka sangat menghargai kerja keras yang dilakukan oleh anak muda tersebut. Akhirnya, perusahaan memberikannya beasiswa untuk belajar ke Amerika. Bukan hanya untuk mendapatkan gelar S1 tapi juga sekaligus untuk menyelesaikan S2-nya.

Setelah lulus S2, dia kemudian dipanggil oleh perusahaan tempat dia bekerja dulu. Tentu saja sudah tidak lagi menjadi pegawai rendahan. Dia ditugaskan menggantikan posisi wakil direktur sebelumnya. Dan asal tahu saja, itu adalah jabatan tertinggi yang bisa diduduki oleh orang lokal pada saat itu. Hingga suatu hari ada kejadian menarik. Insinyur Amerika yang dahulu menghinanya meminta izin untuk liburan. Dia masih ingat jelas peristiwa yang dilakukannya dulu pada anak muda yang kini jabatannya sudah jauh di atasnya itu, “Maaf, Pak, saya ingin mengajukan izin liburan. Saya berharap Anda tidak mengaitkan kejadian air di masa lalu dengan pekerjaan resmi ini. Saya berharap Anda tidak membalas dendam, atas kekasaran dan keburukan perilaku saya di masa lalu.”

Bagi sebagian orang mungkin akan berpikir, bahwa inilah saat yang tepat untuk memberi pelajaran kepada insinyur sombong tersebut. Tapi hati pemuda itu sangat mulia. Sedikit pun dia tidak ada berniat membalas sakit hati yang dialaminya dulu. Dia malah berkata, “Saya justru ingin berterima kasih pada Anda, karena dulu Anda melarang saya minum saat itu. Benar, dulu saya sangat benci dan kesal pada Anda. Tapi, dengan izin Allah, bentakan Anda itulah yang menjadi motivasi kesuksesan saya hingga saya berhasil meraih ini semua.”
***
Sehebat apa pun diri kita, pasti akan ada orang yang mengkritik kita. Maka hanya ada dua sikap, dengar sebagai masukan, atau abaikan jangan risaukan. Jika kritikannya membangun, jadikan itu sebagai media perbaikan diri. Tapi jika tidak, abaikan. Jangan terlalu dipikirkan. Jangan sampai kritikan itu mengganggu pikiran.

Adakah orang besar dalam sejarah yang hidupnya tak pernah dikritik, bahkan dicaci maki? Bacalah biografi. Bagaimana kisah Nabi dan Rasul di seluruh zaman selalu dihadirkan manusia yang menyukai aktivitasnya. Bacalah perjalanan hidup para pahlawan yang kini namanya ditulis dengan tinta emas oleh sejarah. Bacalah biografi kesuksesan para entrepreneur yang saat ini dia membantu dan mempekerjakan ribuan karyawan. Mereka dahulu pasti pernah mengalami masa-masa sulit, di mana banyak orang yang menghina dan meremehkan mimpi-mimpi besarnya.

Hampir setiap manusia secara lahiriah memiliki perasaan iri hati atau cemburu. Tanpa mereka sadari, sering kali mereka merasa girang saat melihat orang lain mengalami kegagalan dalam perjalanan hidup. Banyak di antara kita yang mengukur keberhasilan dengan cara membandingkannya dengan orang lain.

Banyak yang tahu bahwa hidup ini adalah perjuangan. Namun jarang yang menyadari bahwa perjuangan dalam hidup tak harus seperti perlombaan yang harus ada yang menang dan kalah. Kesalahpahaman inilah yang ujung-ujungnya membuat banyak orang suka sekali saat melihat orang lain mengalami kehancuran dan sangat berduka saat orang lain meraih kesuksesan. Inilah yang pada akhirnya melahirkan para pengkritik bagi hidup orang lain.

Maka jangan risau dengan kritikan orang. Saya sering mengatakan, orang yang saat ini menertawakan mimpi tinggimu, kelak akan terdiam dengan sendirinya saat menyaksikan keberhasilanmu. Maka kawanku, teruslah yakin, sikap hidupmulah yang lebih menentukan hebat tidaknya masa depanmu. Bukan orang lain.

Bacalah di Page-page FB yang anggotanya ratusan ribu, bahkan jutaan. Dari sana kita akan belajar, mana orang yang cara pendangnya negatif. Mana yang positif. Nasihat apa pun, jika dibaca dari sudut negatif, pasti yang tampak hanya salahnya. Ketika menasihatkan kebaikan, bukannya mawas diri, yang negatif pasti langsung komentar, “Kalau Cuma nulis mah gampang. Praktiknya susah tahu!”

Inilah yang saya amati. Coba buka FB orang yang komentarnya selalu negatif. Pertama, biasanya statusnya paling banyak galaunya. Biasanya juga, mereka mengalami masalah sosial yang rumit. Lagi, hidupnya kurang bahagia. Kenapa? Karena saat ada nasihat baik, dia tak melihat dirinya, tapi melihat kekurangan dari yang menasihati.

Bagaimana menyikapi orang seperti itu? Pertama, sabarlah, semoga engkau jadi jalan bagi terbukanya petunjuk baginya. Kedua, tambah kadar cintamu pada mereka. Sesungguhnya mereka sedang butuh perhatian dari sekitarnya. Maka tambahlah kadar cinta. Yang selama ini tak mereka dapatkan dari sekitarnya.

Sudahlah, makin hebat kualitas hidupmu, pasti makin banyak pengkritik yang akan menyerangmu. Jika kritikannya tak membangun, ngapain dipikirin. Kalau tiap hari kau sibukkan dirimu untuk menanggapi orang yang tak menyukaimu, lalu kapan kau mulai membangun hebatnya masa depanmu. Terkadang Tuhan menghadirkan pembenci di atas jalan menuju kesuksesanmu.

(Ahmad Rifa’i Rif’an || My Life My Adventure : 16-21)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar