RSS

“KAMI INGIN MERINGANKAN TANGGUNGANMU”

R
asulullah Muhammad saw. lahir dalam keadaan yatim. Selang dua tahun beliau ditinggal wafat ibunya. Kemudian beliau diasuh Abdul Muthalib, kakek beliau yang seorang pemimpin Quraisy dan pengurus Ka’bah sekaligus sumur zamzam. Dua tahun kemudian kakek yang sangat menyayangi beliau juga meninggal dunia. Sebelum wafat, sang kakek berwasiat kepada salah satu anaknya, Abdul Manaf alias Abu Thalib untuk mengasuh Muhammad kecil.
Abu Thalib dipilih untuk merawat Rasulullah saw. bukan tanpa alas an. Padahal, ia bukanlah orang paling kaya di antara paman Nabi. Yang paling kaya : Al Abbas. Yang paling tua : Al Harits. Abdul Muthalib menunjuk ayah Ali bin Abu Thalib karena sikap kewibawaan di hadapan orang Quraisy dan rasa sayangnya terhadap Abdullah (ayah Nabi saw.). Ia merasa iba dengan keadaan putra satu-satunya adiknya itu.

Selalu Dilindungi
Kondisi ekonomi Abu Thalib serba kekurangan. Ia memiliki banyak anak, diantaranya Ali bin Abi Thalib rs. Saking cintanya, Abu Thalib terkesan lebih mengutamakan Muhammad saw. dibanding anak-anaknya sendiri. Hal yang sama dilakukan Abdul Muthalib. Agaknya Abu Thalib meneruskan gaya pengasuhan ayahnya ketika menjada Nabi saw. Suatu saat Muhammad saw. yang masih balita hendak naik ke dipan kakeknya di dekat Ka’bah. Seketika itu, para paman Nabi saw. melarang beliau karena dipan itu ibarat singgasana bagi Abdul Muthalib. Abdul Muthalib berkata, “Biarkan saja anakku ini. Demi Allah, sesungguhnya ia akan memiliki kedudukan yang agung.” Kemudian Abdul Muthalib duduk bersama Muhammad saw. kecil sambil mengelus punggung Nabi saw.
            Demikian pula kasih sayang Abu Thalib. Ketika Nabi saw. masih berdakwah di Mekkah, Abu Thalib tetap melindungi Rasulullah saw. dari gangguan musyrikin Quraisy. Kendati tidak bersedia beriman, Abu Thalib tetap menyayangi Nabi saw.
            Pada tahun ke-10 kenabian, kaum musyrikin bersepakat untuk memboikot keluarga besar Nabi saw. Mereka tidak boleh diajak bicara, berjual beli, dan menikah selama 3 tahun. Orang-orang musyrik juga berusaha membunuh Nabi saw.
            Karena itu Abu Thalib dan keluarga besar Bani Hasyim, yang mukmin maupun tidak – kecuali Abu Lahab- tetap membela Nabi saw. Abu Thalib selalu mengkhawatirkan keadaan Nabi saw. Jika semua orang sudah berbaring di tempat tidurnya, Abu Thalib menyuruh Nabi saw. untuk tidur di tempatnya agar ia bisa tahu jikalau ada orang yang menyerang Nabi saw. Atau kadang ia menyuruh salah saorang anaknya untuk tidur di dekat Nabi saw. sambil tetap siaga.
            Sejatinya Nabi saw. selalu mengajak Abu Thalib untuk masuk Islam. Tapi Abu Thalib tetap menolak dengan alas an taat ajaran leluhur. Namun hingga akhir hayatnya ia tetap musyrik. Terkait ini, Allah swt berfirman, “Sesungguhnya kamu tidak akan dapat member petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk” (QS. Al Qashash : 56).

Balas Budi
            Suatu saat Nabi saw. bermaksud mengasuh salah satu putra Abu Thalib. Setelah menikah dengan Khadijah dan punya kehidupan yang lebih baik, Nabi saw. ingin meringankan beban Abu Thalib. Ketika hendak mengasuh Ali, Nabi saw. berkata kepada salah satu pamannya yang lain, “Wahai Abbas, sesungguhnya saudaramu Abu Thalib punya banyak tanggungan dan kondisi masyarakat sedang sulit. Mari kita temui dia untuk meringankan bebannya. Aku ambil seorang anaknya dan engkau pun juga demikian.” Abbas menjawab, “Baiklah.”
            Lalu keduanya menemui Abu Thalib. Nabi saw. berkata, “Kami berdua ingin meringankan tanggunganmu.” Kemudian Nabi saw mengutarakan niat untuk mengasuh anak-anak Abu Thalib. “Jika kalian menyisakan Aqil (riwayat lain : dan juga Thalib) untukku, maka laksanakan apa yang kalian berdua inginkan.”
            Maka Nabi saw. memboyong Ali dan Abbas mengasuh Ja’far. Ali hidup bersama hingga masa kenabian. Ali termasuk pertama kali beriman (masuk Islam usia 10 tahun) dan bersama Nabi saw. dalam banyak medan jihad. Ia termasuk khalifah ke-4 Abu Bakar, Umar, Ustman. Pada 40 H, Ali wafat setelah ditikam seorang pemberontak yang menentang kepemimpinannya.
            Sedangkan Ja’far diasuh Abbas, masuk Islam dan kemudian hidup mandiri. Abbas termasuk paman Nabi saw. beriman dan sering mendampingi Nabi saw. dalam beberapa momen penting. Pun Ja’far demikian. Bahkan ia termasuk sahabat Nabi saw. yang ikut berhijrah ke Habasyah (Ethiopia) dan juga ke Madinah. Pada 8 H, Ja’far gugur pada Perang Mu’tah melawan pasukan Romawi. Semoga Allah swt. meridhai mereka.

(Al Falah Edisi Mei 2011 : 12)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar