RSS

HATI ASET BERHARGA




Secara umum, manusia memiliki tiga potensi penting. Potensi pertama adalah potensi fisik. Jika potensi ini mampu dikelola dengan baik, insya Allah, kita akan menjadi manusia yang kuat dan produktif. Bahkan, Islam sangat menganjurkan agar kita memiliki fisik yang hebat. Al-mu’minul qawiyu, mukmin yang kuat lebih baik dan lebih disukai oleh Allah daripada mukmin yang lemah.
Dalam catatan sejarah, sampai usia lanjut Nabi Muhammad saw. memiliki tubuh yang tetap prima. Beliau memulai peperangan pada usia 53 tahun. Tentu saja, perang zaman dulu bukan seperti perang zaman sekarang. Ketika itu Rasulullah saw. memakai baju besi hingga dua lapis dan mengarungi padang pasir sejauh ratusan kilometer. Itu artinya, fisik beliau benar-benar prima.
Akan tetapi, ternyata tidak selamanya orang berfisik baik itu mulia sebagaimana kemuliaan Rasulullah. Bahkan, tidak jarang manusia yang berbadan bagus malah menjadi hina akibat keindahan fisiknya. Wanita bertubuh bagus tidak identik sebagai wanita yang mulia, malah tidak sedikit wanita berbadan bagus menjadi turun derajatnya karena dia gemar memamerkan tubuhnya.
Di sisi lain, ada juga orang yang gara-gara badannya bagus menjadi stress karena takut jadi tidak bagus. Setiap hati waktunya habis untuk memikirkan badannya. Ikut senam, diet, dan membeli bermacam-macam obat supaya tubuhnya tetap bagus. Secara tisak langsung, orang seperti ini justru tersiksa dengan keindahan tubuhnya. Sekali lagi, kita memang harus meningkatkan potensi fisik, namun potensi ini tidak identik dengan kemuliaan seseorang jika tidak mampu menjaganya dengan hati-hati.
Potensi kedua adalah akal. Kita dikaruniai akal oleh Allah dan akal inilah yang memberdakan kita dan makhluk Allah lainnya. Dengan akal, kita dapat memikirkan ayat-ayat Allah di alam ini sehingga kita dapat mengelola serta mengolahnya menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan.
Kendati demikian, potensi akal juga bukanlah potensi yang dapat menentukan mulia atau tidaknya seorang manusia. Di Indonesia ini begitu banyak orang yang pintar, tapi mengapa Indonesia masih juga terpuruk? Setiap tahun puluhan ribu sarjana dikeluarkan oleh kampus-kampus ternama. Tapi mengapa korupsi masih juga merajalela.
Rasanya, kecil kemungkinan kalau korupsi itu dilakukan oleh orang yang bodoh. Bagaimana tidak? Uang Negara, uang rakyat yang dikuras jumlahnya bukan hanya dalam bilangan jutaan atau milyaran, tapi juga triliunan rupiah. Kalau orang bodoh rasanya dia tidak akan kuat berpikir jauh-jauh seperti itu. Artinya pintar tidak identik dengan kemuliaan. Jika tidak hati-hati, mempunyai anak pintar juga tidak selalu identik dengan kebahagiaan. Ada yang anaknya pintar, sementara orang tuanya cuma lulusan SD atau SMP, malah jadi menghina orang tuanya.
Demikianlah memang, badan yang kuat tidak selalu menggambarkan kemuliaan, akal pikiran yang pintar juga tidak selalu membuat orang menjadi mulia. Jadi, apa sih yang bisa membuat orang mulia?
Inilah potensi ketiga yang ada pada diri manusia yang tidak setiap orang mampu menjaga serta mengembangkannya. Dialah yang dinamakan hati atau qolbu. Hati inilah potensi yang bisa melengkapi otak cerdas dan badan kuat menjadi mulia. Dengan hati yang hidup inilah orang lumpuh pun bisa menjadi mulia, orang yang tidak begitu cerdas pun dapat menjadi mulia.
Ada sebuah syair yang sangat brilian. Mungkin syair ini bisa menggambarkan betapa hati sangat memperngaruhi hidup seseorang.
“Bila hati kian bersih, pikiran pun selalu jernih, semangat hidup kan gigih, prestasi mudah diraih, tapi bila hati busuk, pikiran jahat merasuk, akhlak pun kian terpuruk, dia jadi makhluk terkutuk. Bila hati kian lapang, hidup susah tetap senang, walau kesulitan menghadang, dihadapi dengan tenang, tapi bila hati sempit, segalanya jadi rumit, seakan hidup terhimpit, lahir batin terasa sakit.”
Masya Allah, andaikata hati kian bersih, tentu akan nikmat sekali menjalani hidup ini. Kalau hati kita kian bersih dan sehat, pikiran pun bisa menjadi cerdas. Mengapa? Karena tidak ada waktu untuk berpikir licik, dengki, atau keinginan untuk menjatuhkan orang lain. Sebab, kalau tidak hati-hati benar maka hidup kita itu sangat melelahkan. Sekali saja kita tidak suka kepada seseorang, maka lambat laun kebencian itu akan memakan waktu, produktivitas, dan memakan kebahagiaan kita. Kita akan lelah memikirkan orang yang kita benci.
Karenanya bila hati kita bersih, pikiran bisa menjadi jernih. Tidak ada waktu buat iri, semua input akan masuk dengan mudah, karena tidak ada ruang untuk meremehkan siapa pun. Akibatnya kita akan memiliki akses data yang sangat tinggi, akses informasi yang benar-benar melimpah, akses ilmu yang benar-benar meluas, ujungnya akan mampu mengambil ide-ide yang cemerlang dan gagasan-gagasan yang jitu.
Berbeda dengan orang yang sombong, dia akan merasa bahwa dirinyalah yang paling tahu semua hal. Akibatnya, dia tidak pernah mau mendengar masukan dari orang lain. Padahal, setiap orang tentu memiliki kelemahan. Dan, untuk memperbaiki kelemahan itulah, kita membutuhkan koreksi dan masukan dari orang lain.
Dengan kebersihan hati, insya Allah, otak akan lebih cerdas, ide lebih brilian, gagasan lebih cemerlang. Orang yang bersih hati itu punya kemampuan berpikir lebih cepat daripada orang lain. Namun orang yang kotor hatinya, cuma akan berjalan di tempat. Dia akan sibuk memikirkan kekurangan orang lain, yang ada dalam pikirannya hanyalah kejelekan orang. Hatinya akan menjadi sempit.
Coba perhatikan, jika ada anjing, kerbau, atau ada ular, di lapangan yang sangat luas, tentunya relative tidak akan menjadi masalah. Apalagi jika lapangannya teramat sangat luas, sebab ruang untuk bergerak jauh lebih leluasa. Tapi apabila kita sedang di kamar mandi, lalu muncul seekor tikus saja, pasti akan menjadi masalah. Kita tidak akan nyaman, jijik, atau malah ketakutan. Artinya, bagi orang-orang yang berhati sempit, perkara kecil saja bisa menjadi masalah besar, apalagi perkara yang benar-benar besar.
Jika hati bersih maka wajah pun akan memancarkan kecerahan dan penuh keramahan. Bukankah Nabi Muhammad saw. juga demikian? Beliau tidak pernah berjumpa dengan orang lain kecuali dalam keadaan tersenyum cerah. Senyum yang penuh keikhlasan memang sangat bernilai besar, karena selain menjadi sedekah juga akan menyehatkan tubuh. Bahkan, menurut pendapat para ahli, senyum itu hanya menggunakan 17 otot, sedangkan cemberut 32 otot, makanya orang yang sering cemberut akan mengalami kelelahan otot.
Dalam berbicara pun kita harus sangat berhati-hati, sebab tak jarang melalui tutur kata, akan terlihat derajat seseorang. Sebab mulut ini ibarat teko yang mengeluarkan isinya. Jika di dalamnya berisi kopi, tentu yang keluar juga kopi, tapi jika isinya air yang bening pasti akan keluar air yang bening. Orang yang berkualitas itu, jika berbicara ada struktur dan cirinya. Kalau dia berbicara maka yang keluar adalah ide, gagasan, hikmah, solusi, ilmu, dan dzikir, sehingga pembicaraannya senantiasa bermanfaat. Kalau bunyi itu efektif. Semakin banyak omongan sia-sia, maka semakin turun kualitas orang itu. Padahal, cirri-ciri kualitas keislaman seseorang itu dilihat bagaimana kesanggupan menahan diri dari sesuatu yang sia-sia. Kalau kita senantiasa berusaha mengendalikan hati, detak jantung normal, wajah cerah, lisan enak, dan badan sehat.lebih dari itu, bergaul dengan siapa pun akan menyenangkan.
Semoga Allah swt. senantiasa membimbing kita untuk mengenal potensi yang termahal dari hidup kita, yaitu hati kita sendiri. Hidupkan hati dengan memperbanyak ilmu, memperbanyak ibadah, dan dzikir. Ladang untuk berkarya teramat luas, hiduplah dengan menjaga kebersihan hati, insya Allah hidup ini menjadi indah dan penuh makna.
Hati adalah amanah yang harus dijaga dengan penuh kesungguhan. Kita tidak bisa mengatur dan menata hati, kecuali dengan memohon pertolongan Allah agar Dia selalu menjaga hati kita. Hati adalah pangkal kehidupan. Jika Allah memberi kita hati yang bening, kita akan mendapat banyak keuntungan dan bisa menjadi apa saja sesuai dengan keinginan. Bisnis menjadi lancar dan sukses, menjadi pemimpin yang dicintai, suami yang dihormati, ayah yang disegani, menjadi apa pun bisa terwujud jika akhlak kita mulia di sisi Allah. Dan kuncinya adalah qolbun salim, yaitu hati yang selamat; selamat dari kezaliman.
Bahwa kesuksesan dan kemuliaan hanyalah milik orang-orang yang berhati bersih. Semoga kita termasuk di dalamnya. Amin.
Wallahu a’lam.

(K.H. Abdullah Gymnastiar || Meraih Bening Hati dengan Manajemen Qolbu : 26 - 30)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar